Pages

Minggu, 22 Juni 2014

Perjalanan ke Gunung Prau, Kab. Wonosobo – (2565mdpl)

Ini adalah catatan perjalananku ke Gunung Prau pada tanggal 26 Mei 2014. Bertepatan dengan momentum libur panjang, akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke salah satu Objek wisata di Kab. Wonosobo bersama teman-temanku.

Penampakan Gunung Prau (Wikipedia)

Gn.Prau memiliki ketinggian 2565mdpl, terdapat di dataran tinggi Dieng, Kab.Wonosobo Jateng, berbatasan dengan kabupaten Kendal. Gunung ini masih asri dan belum terlalu sering terjamah oleh para pendaki. Kawasan puncaknya yang dikenal sebagai bukit teletubis pun menjadi daya tarik sendiri, selain pesonanya bisa melihat 5 Puncak Gunung lain.

Pemandangan di Puncak (Bukit Teletubies)


Awal Perjalanan.
Kami membagi team menjadi 2 team. Masih teringat kejadian dimalam uncak sikunir yang porak poranda karena hujan. Akhirnya team pertama Arif & Elang berangkat terlebih dahulu untuk menyewa tenda. Di Dieng sendiri sekarang sudah banyak tempat penyewaan tenda untuk keperluan hiking. Saat itu kami menghabiskan Rp 50.000 untuk  menyewa tenda.
Team kedua pun berangkat yaitu Aku (Rizal), Ahmad dan Fadli, tentu kami punya tugas untuk menyiapkan logistik. Saran dariku untuk ke gunung prau ada baiknya menyiapkan logistik dari kota wonosobo atau pasar/minimarket yang dilewati. Karena ketika sampai di pos pendakian, sulit ditemukan makanan untuk dibawa ke atas.

Check Point. Team kembali berkumpul di titik pemberangkatan. Kami berkumpul di Desa Tapak Banteng, lokasinya tidak jauh setelah kita melewati Gapura Selamat Datang Di Dieng Plateau, titik point mencari lokasi ini adalah dekat dengan banyaknya pedagang  makanan khas Dieng yaitu Carica.
Dengan membayar Rp 3000 kita sudah dapat menitipkan motor serta mendapatkan asuransi & pendataan team kita.

Pemberangkatan. Setelah Salat dzuhur kami berangkat dari Pos Tapak Banteng Menuju Puncak Gn.Prau. Kalau boleh kami bagi trek pendakiannya, disini akan ditemukan 5 sesi medan.

Sesi Medan 1. Disini kita akan bertemu dengan masyarakat sekitar. Mereka ramah terhadap para traveler, tidak sungkan untuk menyapa. Kondisi jalannya sudah baik dan rata dengan plester semen, kondisi jalan sedikit menanjak dan di point tertentu kita akan menemukan anak tangga yang cukup menguras tenaga (ini pertanda sesi medan 1 selesai).

Tanjakan terakhir di pemukiman warga, pertanda masuk medan selanjutnya


Sesi Medan 2. Masuklah kita kejalan berbatu rata. Disini sudah merupakan hamparan perkebunan warga. Sudah tidak ditemukan rumah penduduk. Jalan sudah cukup menanjak namun tidak begitu jauh. Sampai dengan menemukan tikungan dan kita akan berganti medan.

Sesi Medan 3. Masuklah kami kejalan bertanah ditemani hamparan perkebunan kentang dan cabai. Jalur disini mulai menguras tenaga. Sempat kami bertemu beberapa kelompok lain yang sudah naik duluan untuk beristirahat.

Sembari beristirahat menikmati suasana sejuk dataran tinggi Dieng


Sesi Medan 4. Dibagian ini kami mulai banyak menemukan hambatan. Diawali dengan medan yang sudah menanjak, dan licin karena kondisi sehari sebelumnya turun hujan. Medan ini ditandai dengan mulai banyaknya pohon disekitar jalur. Karena awan sudah terlihat begitu mendung kami pun sedikit bergegas untuk cepat naikke atas. Di pertengahan jalan, pertanda hujan pun muncul. Suara riuh air yang mengenai pohon dan tertiup angin akan terdengar. Seketika kami mencari tempat berjaga untuk datangnya hujan. Sudah siap dengan mantel dan ponco masing-masing.
Benar saja hujan datang, derasnya hujan membuat kami tak bisa melanjutkan perjalanan. Disamping tanah yang licin, jalur setapak pendakian pun berubah menjadi selokan dengan aliran air yang deras. Cukup kami berlindung dibawah pohon sampai kondisi hujan mereda, berganti hanya rintikan air kecil. Medan menjadi lebih sulit karena jalan menjadi lebih licin. Sempat kami bergantian dalam membawa barang karena jalur ini sudah menguras tenaga.

Sesi Medan 5. Jalur ini sudah tidak banyak pohon, jalan yang menanjak curam menjadi awal perjalanan di bagian ini. Tangan mulai banyak bekerja dengan jalan yang sempit namun tidak menyurutkan semangat kami. Sungguh rute Medan ke 5 ini akan memberikan “ Bonus Tambahan “ ketika pulang nanti. Hingga akhirnya kami sampai di jalur pendakian yang datar, tidak menanjak lagi. Banyak ditemukan bunga disini.

Ketika trek sudah mendatar, berarti sebentar lagi tiba dipuncak


Finally, sampailah kami dalam suasana yang berkabut karena turun hujan, kami disambut bukit teletubies, begitu orang-orang menyebutnya. Di puncak sendiri sangat sedikit ditemukan pohon. Akhirnya kami memilih untuk mendirikan tenda yang agak jauh dari keramaian, biasanya orang-orang lebih memilih untuk camp di sekitar pohon. Bermalan diatas puncak dengan hujan yang menemani kami sempatkan juga untuk membuat makanan dan minuman sekedar menghangatkan tubuh. Total perjalanan sekitar 3 - 4 jam menuju puncak (kami termasuk cepat sampai atas karena barang yang tidak terlalu banyak).

Sesaimpainya dipuncak sekitar pukul 16.30 kami santap siang (walaupun sore)

Malam hari membuat makanan

Suasana di dalam tenda (malam-malam hujan)


Pagi sekitar jam 5 kami bangun dan menunaikan salat subuh. Sembari menunggu pemandangan apa yang akan kami dapatkan ketika pagi hari.
Finaly this is the momment 

Matahari mulai menyingsing, dari sini kami bisa melihat 5 puncak gunung berbeda
Gn.Sindoro, Gn.Sumbing, Gn.Merbabu, Gn.Merapi & Gn.Ungaran

Berfoto dengan saudara kembar

Suasana di pagi hari

Pesona pagi hari dari Gn.Prau

Setelah berpuas-ria menikmati indahnya Puncak Gn.Prau akhirnya kami pun memutuskan turun pukul 07.00 pagi. dan inilah yang membuat Gn.Prau tidak ada habisnya untuk dijelajahi. Bahkan ketika kami turun pun pesona alam yang disuguhkan begitu banyaknya. Dari view alam yang indah, ditambah kami melihat telaga warna dari kejauhan. Gunung Prau memang memiliki pesonanya sendiri.

Berfoto dengan latar belakang Telaga Warna dari kejauhan

View Perjalanan turun yang indah

View pedesaan tapak banteng dari rute pendakian

Happy traveling !










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Semoga bermanfaat jangan lupa tinggalkan komentar :)