Ini adalah catatan perjalananku ke Gunung Prau pada tanggal
26 Mei 2014. Bertepatan dengan momentum libur panjang, akhirnya aku memutuskan
untuk pergi ke salah satu Objek wisata di Kab. Wonosobo bersama teman-temanku.
Penampakan Gunung Prau (Wikipedia)
Gn.Prau memiliki ketinggian 2565mdpl, terdapat di dataran tinggi Dieng, Kab.Wonosobo
Jateng, berbatasan dengan kabupaten Kendal. Gunung ini masih asri dan belum
terlalu sering terjamah oleh para pendaki. Kawasan puncaknya yang dikenal
sebagai bukit teletubis pun menjadi daya tarik sendiri, selain pesonanya bisa melihat 5 Puncak Gunung lain.
Pemandangan di Puncak (Bukit Teletubies)
Awal Perjalanan.
Kami membagi team menjadi 2 team. Masih teringat kejadian
dimalam uncak sikunir yang porak poranda karena hujan. Akhirnya team pertama
Arif & Elang berangkat terlebih dahulu untuk menyewa tenda. Di Dieng
sendiri sekarang sudah banyak tempat penyewaan tenda untuk keperluan hiking.
Saat itu kami menghabiskan Rp 50.000 untuk
menyewa tenda.
Team kedua pun berangkat yaitu Aku (Rizal), Ahmad dan Fadli,
tentu kami punya tugas untuk menyiapkan logistik. Saran dariku untuk ke gunung
prau ada baiknya menyiapkan logistik dari kota wonosobo atau pasar/minimarket
yang dilewati. Karena ketika sampai di pos pendakian, sulit ditemukan makanan
untuk dibawa ke atas.
Check Point. Team
kembali berkumpul di titik pemberangkatan. Kami berkumpul di Desa Tapak
Banteng, lokasinya tidak jauh setelah kita melewati Gapura Selamat Datang Di
Dieng Plateau, titik point mencari lokasi ini adalah dekat dengan banyaknya
pedagang makanan khas Dieng yaitu
Carica.
Dengan membayar Rp 3000 kita sudah dapat menitipkan motor
serta mendapatkan asuransi & pendataan team kita.
Pemberangkatan.
Setelah Salat dzuhur kami berangkat dari Pos Tapak Banteng Menuju Puncak
Gn.Prau. Kalau boleh kami bagi trek pendakiannya, disini akan ditemukan 5 sesi
medan.
Sesi Medan 1.
Disini kita akan bertemu dengan masyarakat sekitar. Mereka ramah terhadap para
traveler, tidak sungkan untuk menyapa. Kondisi jalannya sudah baik dan rata
dengan plester semen, kondisi jalan sedikit menanjak dan di point tertentu kita
akan menemukan anak tangga yang cukup menguras tenaga (ini pertanda sesi medan
1 selesai).
Tanjakan terakhir di pemukiman warga, pertanda masuk medan selanjutnya
Sesi Medan 2.
Masuklah kita kejalan berbatu rata. Disini sudah merupakan hamparan perkebunan
warga. Sudah tidak ditemukan rumah penduduk. Jalan sudah cukup menanjak namun
tidak begitu jauh. Sampai dengan menemukan tikungan dan kita akan berganti
medan.
Sesi Medan 3. Masuklah
kami kejalan bertanah ditemani hamparan perkebunan kentang dan cabai. Jalur
disini mulai menguras tenaga. Sempat kami bertemu beberapa kelompok lain yang
sudah naik duluan untuk beristirahat.
Sembari beristirahat menikmati suasana sejuk dataran tinggi Dieng
Sesi Medan 4. Dibagian
ini kami mulai banyak menemukan hambatan. Diawali dengan medan yang sudah
menanjak, dan licin karena kondisi sehari sebelumnya turun hujan. Medan ini
ditandai dengan mulai banyaknya pohon disekitar jalur. Karena awan sudah
terlihat begitu mendung kami pun sedikit bergegas untuk cepat naikke atas. Di pertengahan
jalan, pertanda hujan pun muncul. Suara riuh air yang mengenai pohon dan
tertiup angin akan terdengar. Seketika kami mencari tempat berjaga untuk
datangnya hujan. Sudah siap dengan mantel dan ponco masing-masing.
Benar saja hujan datang, derasnya hujan membuat kami tak
bisa melanjutkan perjalanan. Disamping tanah yang licin, jalur setapak
pendakian pun berubah menjadi selokan dengan aliran air yang deras. Cukup kami
berlindung dibawah pohon sampai kondisi hujan mereda, berganti hanya rintikan
air kecil. Medan menjadi lebih sulit karena jalan menjadi lebih licin. Sempat kami
bergantian dalam membawa barang karena jalur ini sudah menguras tenaga.
Sesi Medan 5.
Jalur ini sudah tidak banyak pohon, jalan yang menanjak curam menjadi awal
perjalanan di bagian ini. Tangan mulai banyak bekerja dengan jalan yang sempit
namun tidak menyurutkan semangat kami. Sungguh rute Medan ke 5 ini akan
memberikan “ Bonus Tambahan “ ketika pulang nanti. Hingga akhirnya kami sampai
di jalur pendakian yang datar, tidak menanjak lagi. Banyak ditemukan bunga
disini.
Ketika trek sudah mendatar, berarti sebentar lagi tiba dipuncak
Finally,
sampailah kami dalam suasana yang berkabut karena turun hujan, kami disambut
bukit teletubies, begitu orang-orang menyebutnya. Di puncak sendiri sangat
sedikit ditemukan pohon. Akhirnya kami memilih untuk mendirikan tenda yang agak
jauh dari keramaian, biasanya orang-orang lebih memilih untuk camp di sekitar
pohon. Bermalan diatas puncak dengan hujan yang menemani kami sempatkan juga
untuk membuat makanan dan minuman sekedar menghangatkan tubuh. Total perjalanan sekitar 3 - 4 jam menuju puncak (kami termasuk cepat sampai atas karena barang yang tidak terlalu banyak).
Sesaimpainya dipuncak sekitar pukul 16.30 kami santap siang (walaupun sore)
Malam hari membuat makanan
Suasana di dalam tenda (malam-malam hujan)
Pagi sekitar jam 5 kami bangun dan menunaikan salat subuh.
Sembari menunggu pemandangan apa yang akan kami dapatkan ketika pagi hari.
Finaly this is the momment
Matahari mulai menyingsing, dari sini kami bisa melihat 5 puncak gunung berbeda
Gn.Sindoro, Gn.Sumbing, Gn.Merbabu, Gn.Merapi & Gn.Ungaran
Berfoto dengan saudara kembar
Suasana di pagi hari
Pesona pagi hari dari Gn.Prau
Setelah berpuas-ria menikmati indahnya Puncak Gn.Prau akhirnya kami pun memutuskan turun pukul 07.00 pagi. dan inilah yang membuat Gn.Prau tidak ada habisnya untuk dijelajahi. Bahkan ketika kami turun pun pesona alam yang disuguhkan begitu banyaknya. Dari view alam yang indah, ditambah kami melihat telaga warna dari kejauhan. Gunung Prau memang memiliki pesonanya sendiri.
Berfoto dengan latar belakang Telaga Warna dari kejauhan
View Perjalanan turun yang indah
View pedesaan tapak banteng dari rute pendakian
Happy traveling !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Semoga bermanfaat jangan lupa tinggalkan komentar :)